Sejarah Perayaan Natal 25 Desember, Hari Kelahiran Yesus

Umat Nasrani di seluruh dunia sebentar lagi akan merayakan Hari Natal yang jatuh pada 25 Desember setiap tahunnya. Perayaan ini disebut-sebut sebagai bentuk peringatan atas kelahiran Yesus Kristus Sang Juru Selamat.

Perayaan Hari Natal biasanya diisi dengan kebaktian di Gereja pada 24 Desember malam dan pelaksanaan ibadah pada 25 Desember pagi. Berbagai perayaan turut memeriahkan momen sakral ini. Selain beribadah, umat Nasrani juga kerap melakukan berbagai tradisi seperti memasang pohon Natal, tukar kado, dan lain sebagainya. Tentunya ada sejarah di balik perayaan Natal 25 Desember. Agar lebih memahaminya, simak penjelasan berikut.

Sejarah Hari Natal

Kata Natal berasal dari ungkapan bahasa Latin Dies Natalis yang artinya Hari Lahir. Dalam bahasa Inggris perayaan Natal disebut Christmas, berasal dari istilah Inggris kuno Cristes Maesse (1038) atau Cristes messe (1131), yang berarti Misa Kristus.Perayaan Natal pada 25 Desember pertama dimulai oleh Sextus Julius Africanus pada tahun 221 M. Perayaan ini baru diterima secara luas pada abad ke-5

Awalnya, ini merupakan perayaan umat non-Kristen terhadap Dewa Matahari, Solar Invicti (Surya yang tak terkalahkan). Perayaan ini menegaskan juga bahwa Yesus Kristus adalah Sang Surya Agung yang sesuai dengan berita Alkitab (Maleakhi 4:2; Lukas 1:78; Kidung Agung 6:10).Terdapat beberapa tradisi yang diterapkan dalam perayaan ini, di antaranya pohon Natal, kartu Natal, dan tukar kado. Selain itu, dikisahkan juga tentang tokoh Natal Santa Klaus dalam perayan ini.

Sejatinya, Alkitab tidak menyebutkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus Kristus. Injil Perjanjian Baru hanya menjelaskan peristiwa kelahiran Yesus di Betlehem dan kedatangan tiga orang Majus. Meski sempat menjadi perdebatan, umat Kristen akhirnya sepakat untuk menetapkan tanggal 25 Desember dalam Kalender Gregorian sebagai Hari Natal.

Momentum menjelang Natal dan Tahun baru seharusnya tidak hanya menjadi ajang belanja dan foya-foya. Momen sakral ini sebaiknya dijadikan ajang untuk berbuat kebaikan dan berbagi kasih. Sehingga umatnya sebagai anak-anak Tuhan yang telah menerima berkat anugerah keselamatan dapat menjadi saluran berkat bagi orang lain juga.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *